Perjalanan ke TPU Jeruk Purut tidak memberikan penutupan yang Ikmal harapkan. Sebaliknya, ia pulang dengan perasaan hampa yang lebih besar. Berjalan tanpa tujuan di antara ribuan nisan di bawah langit yang temaram hanya membuatnya merasa semakin tersesat.
Tidak ada petunjuk, tidak ada nama, tidak ada apa-apa. Hanya kesedihan murni tanpa tujuan.
Di IOVR, Ia membuat postingan.
"Kasa, cewe gua yg sering gua ceritain di postingan sebelumnya, sekarang meninggal"
Komentar duka citanya dibanjiri ucapan belasungkawa. Namun, di antara puluhan komentar, beberapa pertanyaan mulai muncul.
"Ayo bang,Tahlilan" tulis orang tanpa ahlak.
"Bro, lo nggak dikasih foto nisannya?" tulis seorang anggota.
"Masa abangnya nggak ngasih tau blok makamnya? Aneh banget," timpal yang lain.
Ikmal mencoba mengabaikannya, menganggap itu hanya pertanyaan dari orang-orang yang tidak mengerti situasinya. Namun, benih keraguan mulai tertanam di dalam benaknya yang berduka.
Malam harinya, saat ia sedang merenung, pesan dari "Aldian" kembali masuk.
[Aldian]:Mal, gue harus jujur sama lo. Ini soal penyebab Kasa meninggal.
Ikmal mengerutkan kening.
[Aldian]:Sebenarnya, penyakit Kasa itu parah karena dia terlalu banyak pikiran. Dia terus mikirin lo, takut lo kenapa-kenapa, takut lo ninggalin dia. Dokter bilang, tekanan mental itu yang bikin kondisinya drop sampai akhirnya... ya gitu.
Pesan itu terasa ganjil. Alih-alih merasa lebih sedih, Ikmal justru merasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang terasa seperti sebuah kejanggalan. Ceritanya terlalu dramatis, terlalu... seperti sinetron. Mental bajanya yang selama ini tertidur oleh duka, mulai terusik.
Maya, yang datang menjenguknya malam itu, melihat ekspresi aneh di wajah Ikmal.
"Kenapa, Mal?" tanyanya lembut.
Ikmal menunjukkan percakapan itu pada Maya.
Maya membacanya dengan saksama, lalu menatap Ikmal dengan tatapan serius.
"Ini nggak masuk akal," kata Maya pelan. "Semuanya. Dari awal sampai akhir. Nggak ada orang yang ngabarin kematian adiknya sendiri terus nyalahin pacarnya kayak gini. Ini aneh, Mal. Sangat aneh."
Perkataan Maya adalah penegasan yang Ikmal butuhkan. Keraguan yang tadinya hanya bisikan kini berteriak di dalam kepalanya. Rasa sedihnya belum hilang, tapi kini didampingi oleh rasa penasaran yang membara. Ada yang tidak beres di sini. Dan ia bertekad untuk mencari tahu, apa pun kebenarannya.