Cherreads

Chapter 3 - Gunung Kerinci, Indonesia 1°54'29"S 101°16'18"E

Bab 3-Lingsir Wengi

Lingsir Wengi membenahi ransel seukuran tubuhnya. Sudah saatnya turun setelah menikmati sunrise di puncak Gunung Kerinci yang eksotis. 3 temannya yang lain, atau lebih tepatnya teman sependakian, karena Lingsir Wengi nebeng ke dalam rombongan mereka bertiga saat registrasi di basecamp pendakian, sedang melakukan hal yang sama. Kemas-kemas barang bawaan. Lingsir Wengi selalu melakukan pendakian solo. Di semua gunung Indonesia yang nyaris semua sudah dilakoninya.

Jika ada gunung yang menerapkan aturan pelarangan solo hiking, maka Lingsir Wengi selalu menunggu salah satu rombongan pendaki mendaftar dan dia minta izin kepada kepala rombongan agar bisa masuk dalam daftar rombongan tersebut. Pendakiannya tetap solo. Karena setelah lepas Pos 1, biasanya Lingsir Wengi akan memisahkan diri dari rombongan tersebut.

Gadis manis bertubuh tinggi langsing berambut pendek asal Yogyakarta itu memiliki penampilan super cuek. Rambutnya bahkan mungkin sebulan sekali baru tersentuh sisir. Sangat gemar mendaki. Semua gunung di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi sudah dijelajahinya semua.

Targetnya untuk mendaki gunung-gunung di Maluku dan Papua sedang dijadwalkan. Ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan setidaknya 3 bulan ke depan. Meskipun begitu, Lingsir Wengi tetap menjadwalkan mendaki gunung-gunung terdekat dari Bandung atau setidaknya sekitar Jawa Barat di hari weekend.

Gadis itu tidak bisa hidup tenang jika dalam sebulan paling tidak melakukan satu pendakian. Seperti juga dia tidak bisa tenang jika kursor di layar komputernya tidak bergerak karena kehabisan ide untuk mengetikkan bahasa pemrograman.

Lingsir Wengi memiliki kemampuan istimewa di bidang pemrograman komputer. Ilmu yang dipelajarinya secara autodidak semenjak SMP, dimatangkan lagi dengan kuliah Ilmu Komputer di Institut Teknologi Bandung. Setelah lulus sarjana, Lingsi Wengi melanjutkan S2 di bidang yang sama. Gadis itu tidak mau berhenti. Begitu gelar master disabetnya, dia kembali melanjutkan ke jenjang doktoral. Tetap di kampus yang sama.

Untuk memperluas khasanah dan memperkuat pengetahuan bahasa pemrograman, Lingsir Wingi bergabung dengan komunitas aneh yang bernama Antonymous. Organisasi tidak berstruktur yang sangat tidak terkenal bila dibandingkan dengan Anonymous yang legendaris.

Namun Antonymous dengan segelintir anggotanya adalah organisasi programmer dan Hacker lintas negara yang memiliki kemampuan tidak kalah dengan Anonymous. Organisasi ini sangat selektif dalam menerima anggota baru. Satu negara tidak boleh lebih dari dua orang yang diterima. Itupun melalui seleksi super ketat. Lingsir Wingi menghabiskan waktu 17 hari dari 20 hari yang disediakan untuk mengerjakan tugas berat sebagai bagian dari seleksi. Lingsir Wengi diminta membuat sebuah program yang sanggup meretas situs rahasia Mossad. Program tersebut harus bisa bertahan selama setidaknya sebulan sebelum akhirnya bisa dinetralisir oleh ahli-ahli komputer Intelijen Israel.

Program peretasan yang dibangun Lingsir Wengi mampu bertahan selama 3 bulan!

Semenjak bergabung bersama Antonymous, kemampuan Lingsir Wengi meningkat dengan sangat pesat. Di kalangan Antonymous sendiri, Lingsir Wengi bisa digolongkan dalam 3 terbaik Programmer-Hacker. Gadis itu sangat disegani di jajaran para anggota Antonymous.

Mereka yang saling mengenal secara fisik hanya melalui conference call. Dilarang untuk saling berjumpa. Nomor handphone tidak boleh dibagikan. Akun email sangat dilarang untuk diinformasikan. Komunikasi dilakukan melalui platform yang khusus dibangun oleh Ketua Antonymous yang berdomisili di India.

Tidak ada nama asli juga di organisasi ini. Mereka mengenal satu sama lain melalui kode. Lingsir Wengi memiliki kode Nomor 17. Gadis yang senang menyendiri itu menghidupi dirinya dengan menerima proyek-proyek yang berkaitan dengan pemrograman dari pihak swasta maupun pemerintah. Dia tidak mau mengadakan pertemuan secara langsung dengan pemberi proyek. Maksimal via zoom dan itupun dia tidak pernah mau on cam.

Namun karena hasil kerjanya sangat luar biasa, sistematis, user friendly dan tidak mudah disusupi malware maupun virus, Lingsir Wengi tidak pernah kehabisan pekerjaan. Selalu saja ada order dari perusahaan-perusahaan transportasi, minyak dan gas, ekspedisi, dan instansi-instansi pemerintahan.

Lingsir Wengi melambaikan tangan kepada ke-3 teman sependakiannya.

"Aku duluan ya! Keburu hujan!"

Ketiga orang itu balik melambaikan tangan. Memandang tubuh tinggi langsing dengan ransel besar itu menghilang dari pandangan. Mereka benar-benar kagum terhadap solo hiker perempuan yang sangat tangguh itu. Tenaganya seolah tidak terbatas. Saat mereka masih ngos-ngosan sampai di pos terakhir sebelum puncak, tenda gadis itu sudah berdiri kokoh. Bahkan gadis itu sudah memasak air dan mie instan dalam jumlah cukup untuk mereka berempat. Peralatannya pun sangat lengkap. Mulai dari tali temali, GPS, pisau victorinox, sampai ke lampu senter yang sekaligus juga bisa difungsikan sebagai lampu badai.

Lingsir Wengi menuruni Gunung Kerinci dengan kecepatan tinggi. Targetnya sampai di bawah adalah saat matahari belum terbenam. Dia ingin segera mengecek handphonenya yang sengaja dititipkan di basecamp. Lingsir Wingi sudah berjanji kepada pemberi proyek untuk memberikan jawaban sore ini apakah bersedia menerima ordernya atau tidak.

Meskipun seorang programmer, namun gadis itu bukan seorang gadget addicted. Handphone baginya hanya saat berhubungan bisnis. Lingsir Wengi juga tidak mau dihubungi via telepon. Sepenting apapun itu. Dia hanya mau dikontak via email. Tidak ada chat, telepon atau media sosial. Keanehan Lingsir Wengi tidak membuat pemberi order kapok. Lingsir Wengi selalu mendeliver pekerjaannya tepat waktu dengan kualitas terbaik.

Kedua orang tua Lingsir Wengi sudah lama tiada. Dia anak tunggal sehingga tidak ada beban kewajiban untuk menghubungi saudara. Itulah kenapa Lingsir Wengi menganggap handphone hanya aksesoris kecil belaka.

Lingsir Wengi sampai basecamp pendakian Gunung Kerinci tepat waktu. Setelah mandi dan sholat, gadis itu buru-buru mengambil handphone dan membukanya. Dia terkenal sebagai vendor yang tepat waktu. Dia tidak akan mencederai reputasinya itu.

Gadis itu langsung membalas email dari Pertamina setelah memahami baik-baik spesifikasi dan requirement dari perusahaan tersebut. Berat dan lama. Dia tidak bisa menerima order pekerjaan dari perusahaan minyak raksasa milik negara itu saat ini. Orderan program sangat menumpuk. Jika Pertamina bersedia menunggu selama sebulan, dia akan mengerjakannya. Email langsung berbalas saat itu juga. Pertamina bersedia menunggu.

Lingsir Wengi menghela nafas. Sepulangnya dari sini dia akan menenggelamkan diri di depan laptop untuk menyelesaikan semua tenggat pekerjaannya.

Email masuk dari Antomymous. Dari Nomor 1 langsung!

Nomor 17, ada wabah mengerikan yang sedang terjadi secara global. Orang-orang kehilangan kemampuan otaknya! Kita harus membantu. Secepatnya! Ini katastropi! Kapan kau ada waktu untuk conference call bersama Nomor 2 dan 5?

Wah! Kode-kode yang disebutkan ketua Antonymous adalah orang-orang yang punya kemampuan lebih mengenai program-program di dunia medis dan satelit! Ada apa ini?

Lingsir Wengi membalas cepat.

Siap Nomor 1! Besok siang aku available. Tolong kirim linknya melalui PAM (Platform Antonymous Messenger). Thanks.

Lingsir Wengi menaiki ojek yang akan membawanya ke penginapan di dekat Bandara Depati Parbo. Besok dia akan terbang melalui bandara kecil itu ke Jambi dan berganti pesawat untuk lanjut ke Jakarta. Dari Jakarta, Lingsir Wengi rencana naik kereta cepat ke Bandung.

***

More Chapters