Suasana kelas XI D tampak hangat. Semua siswa tertawa dengan riang mendengar cerita lucu dari pengalaman pak Rem.
Mereka senang bisa dipertemukan dengan guru seasik itu dan tidaklah pemarah seperti guru lainnya.
Namun beda halnya dengan Arabels, gadis itu sejak tadi cemberut sambil melipat kedua tangan didadanya.
"Kak Rem jahat, dia mengacuhkanku sejak tadi?"
Dengus Arabels sambil menatap tajam kearah laki laki itu yang mengajar, tak lain pacar hatinya.
Storm tanpa sengaja melihat ekspresi Arabels itu seketika menghentikan ceritanya. Lalu Storm sedikit memberi candaan pada Ara agar dia tidak cemberut lagi.
Storm berkata seramah mungkin padanya.
"Apa kau cemburu padaku Ara?"
Arabels menggeleng kepalanya dengan pelan, lalu dia membalas ucapannya itu.
"Tidak kak, aku hanya bosan saja!"
Storm hanya bisa memijit pelipisnya yang terasa pusing sekali.
Sebenarnya apa sih maunya?
Dia ingin dirinya menjadi guru tetapi setelah terpenuhi masih saja bersikap aneh seperti itu?
"Sial, Ara benar 2 kekanakan sekali meskipun usianya hampir dewasa!"
Storm jenuh jika terus terusan memenuhi keinginan pacarnya tetapi dia tidak tega juga menolaknya.
Laki laki mana yang tidak tega melihat seorang wanita sedang terpuruk?
"Saya boleh bertanya pak?"
Tiba tiba dari arah meja paling belakang mengangkat tangannya tinggi 2 keatas.
"Tentu, silahkan!"
Storm mengiyakannya dengan senang hati.
"Saya Lyra Kealyss!"
"Apa pak Rem sudah menikah? Lalu apa pak Rem sebelumnya pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita?"
Seorang wanita, gadis cantik dengan rambut kuning keemasannya menanyakan status pak Rem.
Aneh saja jika pak Rem setampan dan sebaik itu sebagai seorang guru profesional belum mempunyai hubungan.
Lyra sama sekali tidak tahu bahwa teman sekelasnya, Arabels merupakan kekasih dari pak Rem itu sendiri.
"Ya, aku pernah menaruh perasaan pada seorang wanita akan tetapi dia sudah memilih laki laki lain!"
Storm menguatkan dirinya berkata jujur didepan mereka semua termasuk pacarnya, Arabels agar dia bisa memahaminya.
Storm harus jujur sebab dia tak bisa selamanya menyimpan kesedihannya. Apalagi keluarganya, ayah atau ibunya sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.
Dia berharap ini bisa membuatnya lega meski tahu Arabels pastinya akan kecewa mendengarnya.
"Apa? Kakak pernah jatuh cinta sama wanita lain sebelum diriku?"
Walau perkataan pacarnya itu terkesan menyakitkan, mendengar dia ternyata menaruh perasaan selain dirinya.
Tetapi Arabels menyadari betapa sedihnya dia, ternyata dibalik sikap dinginnya menyimpan seribu luka yang tersimpan.
Arabels merasa kasihan pada pacarnya, dia adalah lelaki yang benar 2 dia cintai. Mana tega Arabels melihatnya apalagi mendengar kesedihan atas masa lalunya.
"Lupakan saja Ara, itu hanya dulu bukan sekarang!"
Storm tersenyum kecil melihat Arabels yang heboh mendengar kejujurannya.
"Tunggu, kenapa pak Rem sangat peduli kepada Arabels?"
Lyra menatap heran baik pak Rem dan teman sekelasnya itu berbicara santai seolah dia bukanlah orang asing.
"Lagipula aku merasa sedikit bahagia dengan kehadiranmu Ara...
"Setidaknya kau hadir dilubuk hati terdalamku!"
Storm acuh pada Lyra, dia menatap Ara dengan sendu berharap dia tidaklah marah apalagi kecewa terhadapnya.
Meski sebenarnya Storm sama sekali tidak mempunyai perasaan suka ataupun cinta terhadapnya.
Namun Arabels mampu mengisi hatinya yang kosong ini. Disaat dia jatuh dalam keterpurukan dalam kesendirian, Arabels orang yang peduli terhadapnya tak membedakannya dari yang diharapkan.
"Deg!
Seketika Lyra merasa jantungnya berhenti berdetak lalu tertunduk sedih.
Lyra baru menyadari jika Arabels pasangan kekasih dari pak Rem. Saat baru pertama kali dia melihatnya dia sudah jatuh hati kepadanya, namun setelah tahu semuanya.
Lyra hanya bisa menerimanya dengan lapang dada. Mungkin saja pak Rem bukanlah lelaki yang dihadirkan didalam hidupnya.
"Aku tidak peduli dengan masa lalumu kak, karena aku akan selalu bersama disaat semuanya meninggalkanmu!"...
Arabels tersenyum seceria mungkin dihadapan sang pacar.
Dia tidak mempermasalahkan seperti apa masa lalunya. Namun yang diharapkannya bisa melihatya saja dia sudah senang, walaupun tahu Arabels tidak akan pernah bisa melihatnya setiap saat.
"Terima kasih, kau adalah sinar cahaya yang menerangi gelapnya hatiku...
"Maafkan aku jika aku tidak bisa memiliki perasaan yang sama, mungkin perlu banyak waktu untuk bisa menerimanya!"
Storm lega karena pacarnya tidaklah marah dan kecewa.
Storm bangga para Arabels, meskipun sikapnya sangatlah manja sekali dihadapannya entah apa yang dia inginkan. Tetapi Arabels benar 2 dewasa jika menyangkut soal perasaan, bahkan tak mempermasalahkan siapa gadis pertama yang disukai.
Dia adalah Lucy Vaxley, Storm hanya mengenangnya sebagai kenangan lama dan kini Arabels sebagai penggantinya.
"Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian Arabels, juga pak Rem!"
Lyra hanya bisa tersenyum bahagia melihat sepasang kekasih yang terlihat lucu sekali jika dibayangkan.
Mereka tak hanya berbeda sikap dan usia akan tetapi momen kebersamaannya terlihat konyol. Namun dibalik itu semua perasaan mereka benar 2 nyata, dan sepertinya mereka berdua tak akan bisa dipisahkan walau badai menerpa keduanya.